Blogger Layouts

Friday, May 6, 2011

Renungan Agama Luk 18:9-14

MicrosoftInternetExplorer4

Mutiara Iman :

“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Injil :

Luk 18:9-14

Contoh dalam kehidupan sehari – hari :

Sebuah kapal karam diterjang badai hebat. Hanya dua lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali berdoa. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat membagi pulau kecil itu menjadi dua dan mereka tinggal berseberangan.

Doa pertama, mereka memohon diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki pertama melihat sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian, Lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan istri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki ke satu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya. Segera saja, lelaki pertama ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.

Akhirnya, lelaki pertama ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi hari mereka menemukan kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkat tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.

Begitu kapal siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, “Hai. Mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”. ”Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya karena doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki pertama. “Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia tak pantas mendapatkan apa-apa,Kau salah!” suara itu membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.” Lelaki ke satu itu bertanya, “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas semua ini padanya?" “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan.” Setelah mendengar hal itu, pria kedua langsung diam tak bisa berkata-kata.

Renungan :

Rendah hati. Ya, Yesus berbicara kepada kita tentang kekuatan sikap rendah hati. Yesus mengutarakan hal itu dalam kisah orang farisi dan pemungut cukai. Sekilas, orang farisi ini tampak amat sangat baik dan saleh, peduli akan sesama dan Allah. Tetapi kenyataannya, ia sombong, bahkan berani mengadili orang di luar kegiatan doanya. Mengadili orang di luar kegiatan doa tentu masih jauh lebih terhormat dibandingan mengadili orang dalam doa. Mengapa? Karena apabila di dalam doa, orang tersebut tidak dapat membela diri sama sekali. Lain halnya dengan cerita dua lelaki yang terdampar di suatu pulau. Lelaki pertama mengadili lelaki kedua di luar kegiatan doanya. Meskipun demikian, perbuatan orang farisi dan lelaki pertama tidak sebaiknya dicontoh karena keduanya memiliki sikap sombong dalam hidupnya. Mereka merasa menjadi seseorang yang paling benar dan menganggap orang yang ada disekelilingnya salah. Sedangkan seperti yang kita ketahui, gak ada manusia yang sempurna. Semuanya pasti dapat melakukan kesalahan. Apapun bentuknya.

Satu hal yang menarik dari injil Lukas dan cerita di atas, Allah selalu membela, membenarkan dan menyelamatkan siapa saja yang ditindas. Seperti pada cerita pemungut cukai, Allah justru membenarkannya. Orang semua tahu perilaku hidup pemungut cukai yang kerap kali menagih pajak dari rakyat melebihi ketentuan demi kesejahteraan hidup pribadi. Meski demikian, Allah membenarkan dia. Mengapa? Ya, karena ketika ia datang di hadirat Allah, ia sadar dan mengakui diri salah, tidak berdaya, merasa tak pantas, bahkan merasa wajar jika dihukum. Itulah sebabnya, dia didengarkan dan dibenarkan oleh Allah. Begitupun dengan cerita dua lelaki. Allah menyelamatkan lelaki kedua dengan menyadarkan lelaki pertama. Dalam cerita itu juga kita dapat menyimpulkan bahwa Allah mendengarkan doa umat yang memiliki kerendahan hati. Ia mengabulkan permohonan doa lelaki pertama karena lelaki kedua berdoa kepada Allah.

Apa artinya itu bagi kita? Sikap sombong tak hanya membutakan hati dan membuka peluang bagi terciptanya dosa-dosa lain, tetapi juga menjadi penghalang bagi kita untuk memperoleh keselamatan Allah. Sebaliknya, sikap rendah hati amat berkenan pada Tuhan karena kebajikan ini menghindarkan kita dari aneka kesalahan dan dosa lalu mencipta kemurnian dan kesucian hati.

Marilah kita merenung. Tutuplah mata Anda. Hadirkan kembali pengalaman Anda selama ini yang terasa sebagai bentuk kesombongan diri kita terhadap sekeliling kita. Tempatkanlah pengalaman Anda itu dalam terang sabda Yesus ini : “Yang meninggikan diri akan direndahkan dan merendahkan diri akan ditinggikan.” sesali semua perbuatan tersebut dan Marilah kita berdoa :

Tuhan kasihanilah dan ampunilah kami yang sombong ini. Curahkanlah Roh Kudus keatas kami agar kami bisa mengatasi kecenderungan kami yang ingin memegahkan diri terhadap sekeliling kita. Sadarkanlah kami terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi di kehidupan kami ini. Bimbinglah kami ke jalanMu ya Tuhan. Salam maria…

Dengan renungan ini, missi kita hari ini, “aku akan berusaha rendah hati dengan mendengarkan perkataan orang lain dan mengakui jerih payah mereka.”

No comments:

Post a Comment