Blogger Layouts

Friday, May 13, 2011

kerajaan majapahit

MicrosoftInternetExplorer4

BAB 1. Pendahuluan

Kenapa ‘kerajaan majapahit’ menjadi pilihan?

Karena kerjaan majapahit yang terkenal dengan sumpah palapa dari tokoh gajah mada mempunyai daya tarik tersendiri bagi saya. Selain itu saya juga ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah-sejarah dari kerajaan tersebut.

Oleh karena itu di makalah ini akan saya bahas semua mengenai kerajaan majapahit beserta bukti-bukti dan gambar yang akan saya tunjukan dibagian akhir dari makalah ini.

Sehingga makalah ini dapat sangat berguna, apabila kalian semua ingin mengetahui sejarah lengkap dari kerajaan majapahit.

BAB 2. Pembahasan

”Tembok batu merah tebal lagi tinggi mengitari keraton. Itulah benteng Keraton Majapahit. Pintu besar di sebelah barat yang disebut ”purawuktra” menghadap ke lapangan luas. Di tengah lapangan itu mengalir parit yang mengelilingi lapangan. Di tepi benteng ”brahmastana”, berderet-deret memanjang dan berbagai-bagai bentuknya. Di situlah tempat tunggu para perwira yang sedang meronda menjaga ”paseban”.

Itulah salah satu cuplikan dari Nagarakertagama yang menggambarkan salah satu bagian dari ibukota kerajaan Majapahit seperti yang digambarkan oleh Prapanca. Dimana reruntuhannya? Pertanyaan orang awam ini tidak mudah untuk dijawab. Namun sebagian besar para pakar arkeologi mempercayai dan menempatkannya di Trowulan. Mengapa Trowulan?
Hal ini bermula dari penelitian yang dilakukan oleh Wardenaar atas perintah Raffles pada tahun 1815 untuk mengamati tinggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Dalam laporannya ia selalu menyebutkan ”..... in het bosch van Majapahit” untuk tinggalan budaya yang ditemukan di daerah Mojokerto, khususnya Trowulan Raffles sendiri dalam bukunya History of Java menyebutkan ”remains of gateway at Majapahit called Gapura Jati Pasar” ketika ia menyebut Candi Wringinlawang dan ”one of the gateway of Majapahit” ketika ia menyebut Candi Brahu. Anggapan-anggapan tersebut kemudian diyakinkan lagi oleh Maclain Post yang menggali hampir seluruh penjuru Trowulan yang hasilnya berupa sejumlah besar fondasi bangunan, saluran air yang tertutup dan terbuka, serta waduk-waduk.
Uraian Nagarakertagama tentang kota Majapahit telah dicari lokasinya dilapangan oleh Maclains Pont sejak tahun 1924 – 1926. Ia berhasil membuat sketsa kota Majapahit di Situs Trowulan. Benteng kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi. Secara makro bentuk kota Majapahit menyerupai bentuk mandala candi berdenah segiempat dan terdapat gapura masuk di keempat sisinya, sedangkan keraton terletak ditengah-tengah. Selain itu terdapat kediaman para prajurit dan punggawa, pejabat pemerintah pusat, para menteri, pemimpin keagamaan, para ksatria, paseban, lapangan Babat, kolam segaran, tempat pemandian, dan lain-lain.
Situs Trowulan berada dalam wilayah Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur sekitar 70 km ke arah baratdaya dari Surabaya. Dalam areal seluas 9 x 11 km itu dapat dilihat bangunan-bangunan bata berupa candi, gapura, kolam, dan salurah-saluran air di muka tanah maupun di bawah tanah yang seluruhnya mengindikasikan sebuah kota yang sudah cukup maju untuk masa itu.

  1. cerita sejarah mengenai majapahit

Sejarah dari kota majapahit ini sendiri berasal Setelah raja Śri Kĕrtānegara gugur, kerajaan Singhasāri berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari Kadiri. Salah satu keturunan penguasa Singhasāri, yaitu Raden Wijaya, kemudian berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Ia adalah keturunan Ken Angrok, raja Singhāsāri pertama dan anak dari Dyah Lěmbu Tal. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya. Menurut sumber sejarah, Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Kĕrtanāgara yang masih terhitung keponakan. Kitab Pararaton menyebutkan bahwa ia mengawini dua anak sang raja sekaligus, tetapi kitab Nāgarakertāgama menyebutkan bukannya dua melainkan keempat anak perempuan Kěrtanāgara dinikahinya semua. Pada waktu Jayakatwang menyerang Singhasāri, Raden Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan ibukota di arah utara. Kekalahan yang diderita Singhasāri menyebabkan Raden Wijaya mencari perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar-kejar musuh dengan sisa pasukan tinggal duabelas orang. Berkat pertolongan Kepala Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberang laut ke Madura dan di sana memperoleh perlindungan dari Aryya Wiraraja, seorang bupati di pulau ini. Berkat bantuan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat kembali ke Jawa dan diterima oleh raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian ia diberi sebuah daerah di hutan Těrik untuk dibuka menjadi desa, dengan dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah utara sungai Brantas. Berkat bantuan Aryya Wiraraja ia kemudian mendirikan desa baru yang diberi nama Majapahit. Di desa inilah Raden Wijaya kemudian memimpin dan menghimpun kekuatan, khususnya rakyat yang loyal terhadap almarhum Kertanegara yang berasal dari daerah Daha dan Tumapel. Aryya Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupaya ia pun kurang menyukai raja Jayakatwang.

Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun 1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yang diutus oleh Kubhilai Khan untuk menghukum Singhasāri atas penghinaan yang pernah diterima utusannya pada tahun 1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa melalui sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dengan pasukan Cina yang diterima dengan sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat maupun sungai yang berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari. Gabungan pasukan Cina dan Raden Wijaya berhasil membinasakan 5.000 tentara Daha. Dengan kekuatan yang tinggal setengah, Jayakatwang mundur untuk berlindung di dalam benteng. Sore hari, menyadari bahwa ia tidak mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina.

Dengan dikawal dua perwira dan 200 pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Khubilai Khan. Namun dengan menggunakan tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit menyerbu pasukan Cina yang masih tersisa yang tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya melarikan dari keluar Jawa dengan meninggalkan banyak korban. Akhirnya cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing. Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Majapahit. Pada tahun 1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Śri Kĕrtarājasa Jayawardhana. Keempat anak Kertanegara dijadikan permaisuri dengan gelar Śri Parameśwari Dyah Dewi Tribhūwaneśwari, Śri Mahādewi Dyah Dewi Narendraduhitā, Śri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnyāparamitā, dan Śri Rājendradewi Dyah Dewi Gayatri. Dari Tribhūwaneśwari ia memperoleh seorang anak laki bernama Jayanagara sebagai putera mahkota yang memerintah di Kadiri. Dari Gayatri ia memperoleh dua anak perempuan, Tribhūwanottunggadewi Jayawisnuwardhani yang berkedudukan di Jiwana (Kahuripan) dan Rājadewi Mahārājasa di Daha. Raden Wijaya masih menikah dengan seorang isteri lagi, kali ini berasal dari Jambi di Sumatera bernama Dara Petak dan memiliki anak darinya yang diberi nama Kalagěmět. Seorang perempuan lain yang juga datang bersama Dara Petak yaitu Dara Jingga, diperisteri oleh kerabat raja bergelar 'dewa' dan memiliki anak bernama Tuhan Janaka, yang dikemudian hari lebih dikenal sebagai Adhityawarman, raja kerajaan Malayu di Sumatera. Kedatangan kedua orang perempuan dari Jambi ini adalah hasil diplomasi persahabatan yaang dilakukan oleh Kěrtanāgara kepada raja Malayu di Jambi untuk bersama-sama membendung pengaruh Kubhilai Khan. Atas dasar rasa persahabatan inilah raja Malayu, Śrimat Tribhūwanarāja Mauliwarmadewa, mengirimkan dua kerabatnya untuk dinikahkan dengan raja Singhasāri. Dari catatan sejarah diketahui bahwa Dara Jingga tidak betah tinggal di Majapahit dan akhirnya pulang kembali ke kampung halamannya.

Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh Jayanāgara. Seperti pada masa akhir pemerintahan ayahnya, masa pemerintahan raja Jayanāgara banyak dirongrong oleh pemberontakan orang-orang yang sebelumnya membantu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan menyebabkan banyak pahlawan yang berjasa besar akhirnya dicap sebagai musuh kerajaan. Pada mulanya Jayanāgara juga terpengaruh oleh hasutan Mahāpati yang menjadi biang keladi perselisihan tersebut, namun kemudian ia menyadari kesalahan ini dan memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati orang kepercayaannya itu. Dalam situasi yang demikian muncul seorang prajurit yang cerdas dan gagah berani bernama Gajah Mada. Ia muncul sebagai tokoh yang berhasil mamadamkan pemberontakan Kuti, padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal raja (běkěl bhayangkāri). Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi dikemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yang sangat tinggi di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Mahamantri kerajaan.

Pada masa Jayanāgara hubungan dengan Cina kembali pulih. Perdagangan antara kedua negara meningkat dan banyak orang Cina yang menetap di Majapahit. Jayanāgara memerintah sekitar 11 tahun, pada tahun 1328 ia dibunuh oleh tabibnya yang bernama Tanca karena berbuat serong dengan isterinya. Tanca kemudian dihukum mati oleh Gajah Mada.

Karena tidak memiliki putera, pimpinan Majapahit akhirnya diambil alih oleh adik perempuan Jayanāgara bernama Jayawisnuwarddhani, atau dikenal sebagai Bhre Kahuripan sesuai dengan wilayah yang diperintah olehnya sebelum menjadi ratu. Namun pemberontakan di dalam negeri yang terus berlangsung menyebabkan Majapahit selalu dalam keadaan berperang. Salah satunya adalah pemberontakan Sadĕng dan Keta tahun 1331 memunculkan kembali nama Gajah Mada ke permukaan. Keduanya dapat dipadamkan dengan kemenangan mutlak pada pihak Majapahit. Setelah persitiwa ini, Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal, bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum menundukkan daerah-daerah di Nusantara, seperti Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Untuk membuktikan sumpahnya, pada tahun 1343 Bali berhasil ia ditundukan.
Ratu Jayawisnuwaddhani memerintah cukup lama, 22 tahun sebelum mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya yang bernama Hayam wuruk dari perkawinannya dengan Cakradhara, penguasa wilayah Singhāsari. Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja tahun 1350 dengan gelar Śri Rajasanāgara. Gajah Mada tetap mengabdi sebagai Patih Hamangkubhūmi (mahāpatih) yang sudah diperolehnya ketika mengabdi kepada ibunda sang raja. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Ambisi Gajah Mada untuk menundukkan nusantara mencapai hasilnya di masa ini sehingga pengaruh kekuasaan Majapahit dirasakan sampai ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Maluku, hingga Papua. Tetapi Jawa Barat baru dapat ditaklukkan pada tahun 1357 melalui sebuah peperangan yang dikenal dengan peristiwa Bubat, yaitu ketika rencana pernikahan antara Dyah Pitalokā, puteri raja Pajajaran, dengan Hayam Wuruk berubah menjadi peperangan terbuka di lapangan Bubat, yaitu sebuah lapangan di ibukota kerajaan yang menjadi lokasi perkemahan rombongan kerajaan tersebut. Akibat peperangan itu Dyah Pitalokā bunuh diri yang menyebabkan perkawinan politik dua kerajaan di Pulau Jawa ini gagal. Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa setelah peristiwa itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara besar untuk menghormati orang-orang Sunda yang tewas dalam peristiwa tersebut. Perlu dicatat bawa pada waktu yang bersamaan sebenarnya kerajaan Majapahit juga tengah melakukan eskpedisi ke Dompo (Padompo) dipimpin oleh seorang petinggi bernama Nala.
Setelah peristiwa Bubat, Mahāpatih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut, sedangkan Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan sepupunya sendiri bernama Pāduka Śori, anak dari Bhre Wĕngkĕr yang masih terhitung bibinya.
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk kerajaan Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar yang kuat, baik di bidang ekonomi maupun politik. Hayam Wuruk memerintahkan pembuatan bendungan-bendungan dan saluran-saluran air untuk kepentingan irigasi dan mengendalikan banjir. Sejumlah pelabuhan sungai pun dibuat untuk memudahkan transportasi dan bongkar muat barang. Empat belas tahun setelah ia memerintah, Mahāpatih Gajah Mada meninggal dunia di tahun 1364. Jabatan patih Hamangkubhūmi tidak terisi selama tiga tahun sebelum akhirnya Gajah Enggon ditunjuk Hayam Wuruk mengisi jabatan itu. Sayangnya tidak banyak informasi tentang Gajah Enggon di dalam prasasti atau pun naskah-naskah masa Majapahit yang dapat mengungkap sepak terjangnya.

Raja Hayam Wuruk wafat tahun 1389. Menantu yang sekaligus merupakan keponakannya sendiri yang bernama Wikramawarddhana naik tahta sebagai raja, justru bukan Kusumawarddhani yang merupakan garis keturunan langsung dari Hayam Wuruk. Ia memerintah selama duabelas tahun sebelum mengundurkan diri sebagai pendeta. Sebelum turun tahta ia menujuk puterinya, Suhita menjadi ratu. Hal ini tidak disetujui oleh Bhre Wirabhūmi, anak Hayam Wuruk dari seorang selir yang menghendaki tahta itu dari keponakannya. Perebutan kekuasaan ini membuahkan sebuah perang saudara yang dikenal dengan Perang Parěgrěg. Bhre Wirabhumi yang semula memperoleh kemenanggan akhirnya harus melarikan diri setelah Bhre Tumapĕl ikut campur membantu pihak Suhita. Bhre Wirabhūmi kalah bahkan akhirnya terbunuh oleh Raden Gajah. Perselisihan keluarga ini membawa dendam yang tidak berkesudahan. Beberapa tahun setelah terbunuhnya Bhre Wirabhūmi kini giliran Raden Gajah yang dihukum mati karena dianggap bersalah membunuh bangsawan tersebut.
Suhita wafat tahun 1477, dan karena tidak mempunyai anak maka kedudukannya digantikan oleh adiknya, Bhre Tumapĕl Dyah Kĕrtawijaya. Tidak lama ia memerintah digantikan oleh Bhre Pamotan bergelar Śri Rājasawardhana yang juga hanya tiga tahun memegang tampuk pemerintahan. Bahkan antara tahun 1453-1456 kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja pun karena pertentangan di dalam keluarga yang semakin meruncing. Situasi sedikit mereda ketika Dyah Sūryawikrama Giriśawardhana naik tahta. Ia pun tidak lama memegang kendali kerajaan karena setelah itu perebutan kekuasaan kembali berkecambuk. Demikianlah kekuasaan silih berganti beberapa kali dari tahun 1466 sampai menjelang tahun 1500. Berita-berita Cina, Italia, dan Portugis masih menyebutkan nama Majapahit di tahun 1499 tanpa menyebutkan nama rajanya. Semakin meluasnya pengaruh kerajaan kecil Demak di pesisir utara Jawa yang menganut agama Islam, merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Tahun 1522 Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah kerajaan melainkan hanya sebuah kota. Pemerintahan di Pulau Jawa telah beralih ke Demak di bawah kekuasaan Adipati Unus, anak Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang masih keturunan Bhre Kertabhūmi. Ia menghancurkan Majapahit karena ingin membalas sakit hati neneknya yang pernah dikalahkan raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Demikianlah maka pada tahun 1478 hancurlah Majapahit sebagai sebuah kerajaan penguasa nusantara dan berubah satusnya sebagai daerah taklukan raja Demak. Berakhir pula rangkaian penguasaan raja-raja Hindu di Jawa Timur yang dimulai oleh Keng Angrok saat mendirikan kerajaan Singhāsari, digantikan oleh sebuah bentuk kerajaan baru bercorak agama Islam.
Ironisnya, pertikaian keluarga dan dendam yang berkelanjutan menyebabkan ambruknya kerajaan ini, bukan disebabkan oleh serbuan dari bangsa lain yang menduduki Pulau Jawa.


  1. Sumber catatan sejarah

Sumber utama yang biasa digunakan oleh para sejarawan dalam membahas kerajaan majapahit adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuna. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuna yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuna maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain. Ketepatan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Namun demikian, garis besar sumber-sumber tersebut sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok. Khususnya, daftar penguasa dan keadaan kerajaan ini tampak cukup pasti.

Selain itu, Museum Purbakala Trowulan mulai dibuka pada tahun 1926 dengan tujuan untuk menyimpan dan menampilkan benda-benda hasil penelitian Oudheidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) yang didirikan oleh Bupati Mojokerto, Kanjeng Adipati Ario Kromodjojo Adinegoro bersama Ir. Henri Maclaine Pont pada tahun 1924. Pada tahun 1942, ketika Jepang menginvasi Indonesia, museum ditutup karena Maclaine Pont ditawan oleh Jepang.

Pada tahun 1987 Museum Purbakala dipindahkan ke gedung baru, sekitar 2 Km di sebelah selatan dari tempat yang lama. Gedung yang baru ini disebut Balai Penyelamatan Benda Kuno yang kemudian diganti lagi menjadi Balai Penyelamatan Arca (BPA). Namun hingga saat ini oleh masyarakat luas lebih dikenal dengan nama “Museum Trowulan”.

Sedang gedung lama digunakan sebagai Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur. Museum sebagai wahana rekreasi dan media pembelajaran budaya diharapkan dapat menjadi pencerahan dan memberikan kesan mendalam tentang kebesaran Majapahit dengan berbagai aspek kehidupannya.

Penyusunan masterplan pengembangan Museum Trowulan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya pembelajaran budaya secara visual bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan generasi muda sebagai penerus bangsa pada khususnya. Diharapkan, dengan meneladani kebesaran Majapahit dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan serta rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Direncanakan Museum Trowulan ini akan dikembangkan menjadi Pusat Informasi Majapahit (PIM).


3. Daerah kekuasaan Majapahit

Mengenai seberapa luas kota Majapahit dan dimana batas-batasnya menurut penelitian terakhir adalah disebelah baratdaya Trowulan, di situs Labak Jabung di sebelah tenggara Trowuan, dan Klinterejo di sebelah timur laut Trowulan, sedangkan titik keempat mestinya di Dusun Tugu dan Bodas di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang.
Dengan ditemukannya situs arkeologi pada titik keempat, dapat dihitung luas bidang dari keempat titik, sehingga diperkirakan luas bidang kota Majapahit sekitar 11 x 9 jam, yang memanjang utara selatan.

Tetapi, Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi hampir seluas wilayah Indonesia modern, termasuk daerah-daerah Sumatra di bagian barat dan di bagian timur Maluku serta sebagian Papua (Wanin), dan beberapa negara Asia Tenggara. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke China.


4. Kebudayaan

Gapura Bajangratu, diduga kuat menjadi gerbang masuk keraton Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di kompleks Trowulan.

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama tidak menyebut keberadaan Islam, namun tampaknya ada anggota keluarga istana yang beragama Islam pada waktu itu.

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah pohon anggur dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto.

5. Perekonomian

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.

Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.

6. Struktur Pemerintahan

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

7. Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

· Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja

· Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan

· Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan

· Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

8. Pembagian wilayah

Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah, yang disebut Paduka Bhattara. Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti, dan pertahanan kerajaan di wilayahnya masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:


  • Daha
  • Jagaraga
  • Kabalan
  • Kahuripan
  • Keling
  • Kelinggapura
  • Kembang Jenar
  • Matahun
  • Singhapura
  • Tanjungpura
  • Tumapel
  • Wengker
  • Wirabumi
  • Pajang

9. Raja-raja Majapahit

Berikut adalah daftar-daftar yang pernah menjadi penguasa di Majapahit.

  1. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
  2. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)

3. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)

  1. Wikramawardhana (1389 - 1429)
  2. Suhita (1429 - 1447)
  3. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
  4. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
  5. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
  6. Pandanalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)

10. Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)

11. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)

12. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

10. Warisan Sejarah

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya. Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini. Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara. Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.

Mojokerto terutama wilayah Kabupaten Mojokerto termasuk dalam daerah strategis di Jawa Timur yaitu wilayah GERBANGKERTASUSILA terletak pada posisi 7'71 sampai dengan 7'45' lintang selatan dan 111'19' sampai dengan 112'39 bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Gresik, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Pasuruan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jombang. Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur yang kaya akan berbagai obyek dan daya tarik wisata. Kabupaten Mojokerto memiliki obyek wisata yang sangat banyak diantaranya obyek wisata alam,budaya,kepurbakalaan,wisata buatan dan pendukung wisata kerajinan/cinderamata serta makanan khas dan juga produk unggulan. Situs peninggalan kerajaan Majapahit di Trowulan misalnya merupakan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Mojokerto dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan besar yang berhasil menyatukan wilayah Nusantara. Kebesaran Majapahit tentunya menjadikan masyarakat Mojokerto masih mewarisi keagungan budayanya. Menurut catatan sejarah dan beberapa prasasti yang layak dipercaya menunjukkan bahwa, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit berada di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto tepatnya di Trowulan. Dari beberapa situs peninggalan Majapahit tersebut selain mempunyai nilai sejarah yang tinggi juga merupakan daya tarik wisata yang sangat memikat. Termasuk benda-benda peninggalan yang berupa patung serta peninggalan yang lainnya dapat dilihat dalam museum purbakala yang letaknya dekat dengan Pendopo Agung yangmerupakan bangunan khas jawa Majapahit yang didirikan diarea dimana terdapat beberapa umpak yang diyakini sementara orang sebagai umpak bangunan keraton Majapahit. Selain trowulan Gunung Penanggungan juga merupakan daerah wisata budaya yang cukup menarik. Disini tersebar tidak kurang dari delapan puluh candi, sehingga ada sementara orang menjuluki gunung Penanggungan denga istilah The Mountain with The Thousand Temples. Bentuk-bentuk candi di gunung Penanggungan sangat lain dengan candi pada umumnya,yaitu berupa bangunan teras berundak yang diatasnya terdapat altar upacara. Trawas selain sebagai kawasan wisata alam,juga terdapat peninggalan yang sangat spektakuler.

Peninggalan-peninggalan majapahit yang lain yaitu :

· Pengantin mojo putri

Sebagai kekayaan budaya masyarakat Mojokerto tata rias pengantin Mojoputri diangkat dari bukti hasil penelitian-penelitian sejarah. Busana pengantin Mojoputri yang merupakan hasil alkuturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang menyolok tata rias pengantin Mojoputri yang mengikuti corak dandanan jaman Majapahi, jaman kebesaran Islam Demak-Mataran dan jaman penjajahan Belanda. Busana pengantin Mojoputri biasanya dikenakan oleh masyarakat Mojokerto yang melangsungkan suatu pernikahan. Buat anda pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan tidak ada salahnya menggunakan busana penganting Mojoputri ini siapa tahu lebih keren dan ikut melestarikan budaya ala kerajaan Majapahit.Sebagai kekayaan budaya masyarakat Mojokerto tata rias pengantin Mojoputri diangkat dari bukti hasil penelitian-penelitian sejarah. Busana pengantin Mojoputri yang merupakan hasil alkuturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang menyolok tata rias pengantin Mojoputri yang mengikuti corak dandanan jaman Majapahi, jaman kebesaran Islam Demak-Mataran dan jaman penjajahan Belanda. Busana pengantin Mojoputri biasanya dikenakan oleh masyarakat Mojokerto yang melangsungkan suatu pernikahan. Buat anda pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan tidak ada salahnya menggunakan busana penganting Mojoputri ini siapa tahu lebih keren dan ikut melestarikan budaya ala kerajaan Majapahit.

· kolam segaran

Bentuk bangunan berupa kolam raksasa dengan ukuran panjang 375 m dan tinggi 3,16 m dan lebar dinding kolam 1,6 m. Undak - undak untuk masuk ke kolam berada di sebelah barat, memiliki teras dengan ukuran panjang 10,4 meter dan lebarnya 8,4 meter. Menurut cerita kolam ini sebagai tempat menjamu tamu - tamu khususnya para bangsawan kerajaan Majapahit. Untuk memamerkan kekayaannya pada para tamu kerajaan, sehabis menjamu peralatan makan seperti piring, sendok, cangkir, dan sebagainya, di buang ke dasar kolam ini. Candi ini dipugar pada tahun 1976 dan selesai tahun 1983. Lokasi bangunan terletak di desa Segaran Kecamatan Trowulan.

· candi tikus

Bangunan yang terbuat dari batu bata merah dengan ukuran tinggi 5,20 meter, panjang 25,4 meter dan lebar 23,6 meter ini konon merupakan taman air dan tempat bersuci putri kerajaan Majapahit. Candi ini disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi para petani.Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu gunung Mahameru juga merupakan tempat sumber air Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan. Dari mitos ini air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru. Sampai saat ini masih ada masyarakat petani yang percaya bahawa air yang ada di Candi Tikus dapat digunakan untuk menolak atau mengusir hama tikus dari sawah. Candi ini sangat mudah dicapai baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan dan tak jauh dengan lokasi situs candi Bajangratu.

· keramik temuan dari Trowulan

Salah satu artefak yang banyak ditemukan di Trowulan adalah fragmen keramik. Fragmen keramik ini tersingkap ke permukaan karena aktivitas masyarakat yang mengolah lahan untuk pertanian dan ekskavasi arkeologi sendiri. Kenyataan ini membuktikan bahwa masyarakat Majapahit sudah terbiasa menggunakan keramik untuk keperluan hidupnya.

Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa ada dua bentuk pecahan yang ditemukan, yaitu pertama bentuk wadah seperti; tempayan, guci, buli-buli, cepuk, pasu, piring, mangkok, kendi, jambangan, vas dan botol; dan kedua non wadah berupa unsur-unsur bangunan, figura, kelereng, dan lain-lain, dengan hiasan, warna dan ukuran yang berbeda. Keragaman bentuk tersebut mencerminkan bermacam peralatan yang digunakan serta tingginya mobilitas barang yang mengalir masuk ke Majapahit. Kenyataan juga menunjukkan bahwa keramik berglasir selain digunakan untuk perlengkapan hidup, juga telah dijadikan model untuk mengembangkan berbagai variasi bentuk benda dari tanah liat.
Dari jenis bahan yang digunakan; bahan dasar berwarna putih, permukaan diberi glasir sehingga tampak kilap, memperlihatkan bahwa jenis benda seperti itu bukanlah produksi setempat. Kaolin, bahan baku utamanya sama sekali tidak tersedia di sekitar daerah Trowulan.
Keramik-keramik ini sebagian besar berasal dari Cina yang diproduksi pada masa Dinasti Song (abad X-XIII) hingga Dinasti Qing (abad XVII-XX), dan sebagian kecil dari wilayah Asia Tenggara Daratan, antara lain Vietnam, Thailand, dan Kamboja (abad XIII-XVIII). Jumlah terbanyak berasal dari masa Yuan dan Ming awal (antara abad XIII hingga XV) dengan jenis yang dominan adalah mangkok berwarna hijau keabuan (biasa disebut seladon) dibuat dari bahan batuan (stoneware) berwarna abu-abu dengan tekstur padat. Bagian dasarnya diberi hiasan goresan flora dalam lingkaran tanpa glasir.
Selain seladon, banyak juga ditemukan keramik warna putih dengan hiasan warna biru yang diberi lapisan transparan. Kebanyakan hiasan pada mangkuk jenis ini memiliki motif bunga peony dan geometris. Warna-warna lain seperti coklat kekuningan, hitam, coklat kehitaman, hijau, putih kebiruan terdapat antar lain pada bentuk-bentuk seperti tempayan, guci, kendi, cepuk, botol, dan sebagainya.
Selain keramik Cina ditemukan pula keramik Thailand, terutama dari kilns di daerah Sawankhalok dan Sukothai. Keramik Sawankhalok umumnya berupa mangkok seladon, buli-buli coklat-kehitaman dengan dua kupingan di bagian tepian; sedangkan dari Sukothai adalah piring berwarna putih dengan hiasan ikan berwarna coklat kehitaman di bagian dasar dalam.

Selain dari kedua tempat tersebut ditemukan pula keramik Vietnam yang umumnya berupa mangkok berwarna coklat, putih dengan hiasan biru, hijau, hitam, dan putih krem sedangkan cepuk cenderung berwarna putih dengan hiasan biru. Yang menarik adalah adanya temuan bahan bangunan, di mana jenis ini sama sekali tidak dijumpai di antara keramik-keramik berglasir buatan Cina maupun Thailand. Gejala ini memunculkan dugaan bahwa bentuk tersebut hanya merupakan pesanan khusus semata.
Seperti disebutkan di atas, masa pemakaian keramik berglasir buatan luar Majapahit mencapai rentang waktu yang cukup panjang, yaitu dari Song akhir (abad XIII) sampai Qing (awal abad XX) dengan puncak pemakaian antara abad XIII- XV.
Sebuah pemberitaan dari Dinasti Ming menyebutkan bahwa orang Majapahit sangat menyukai piring-piring seladon atau piring-piring biru putih berhiasan bunga. Tidak hanya itu, jenis lain yang juga banyak digemari adalah wadah-wadah dari tungku pembakaran Longquan. Jenis ini merupakan barang yang banyak diproduksi dan diperdagangkan, dan masa produksinya mengingatkan kita akan kejayaan perdagangan luar negeri Cina dengan berbagai belahan negeri di wilayah Nan Yang yang sekarang masuk dalam kawasan negara-negara Asia Tenggara.
Banyak pedagang-pedagang Cina berdatangan ke Majapahit membawa keramik dari negerinya dan kemungkinan besar membawa pula keramik dari Tahiuland dan Vietnam. Selain pedagang Cina mungkin juga hadir saudagar-saudagar dari India, Arab, Gujarat dan Persia. Mereka memperdagangkan barang produksi andalan negerinya dan menjadikan Majapahit sebagai pusat kegiatan perdagangan yang berskala internasional.

· candi wringin lawang

Candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang utama untuk masuk ke komplek kerajaan Majapahit. Bentuknya berupa gapura belah ( candi Bentar ). Bangunan ini terbuat dari batu bata dengan ukuran tinggi 13,7 m panjang 13 m lebar 11m. Menurut cerita rakyat gapura Wringin Lawang merupakan salah satu bapura masuk ke alun-alun Mojopahit. Di dekat gapura dahulu juga dilengkapi dengan paseban,yaitu tempat menunggu bagi orang-orang yang akan sowan kepada raja. Candi ini dikenal dengan Candi Wringin Lawang, konon dulu didekat candi ini tumbuh dua pohon beringin berjajar yang besar. Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, di tepi jalan Raya Surabaya, Jombang mudah dijangkau baik dengan angkutan umum atau kendaraan pribadi ataupun kendaraan roda dua(motor).

· reco lanang

Arca yang terbuat dari batu andesip dengan ukuran tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari perwujudan salah satu Dhani Budha yang disebut Aksobnya yang menguasai arah mata angin sebelah timur. Agama Budha Mahayana mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan yaitu Dhyani Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas mengajarkan dharma di dunia. Tugas manusi budha berakhir setelah wafat dan kembali ke Nirwana. Demi kelangsungan ajaran dharma, Dhyani Budha memancarkan dirinya lagi ke dunia yaitu ke Dhyani Boddhisatwa. Setiap jaman mempunyai rangkaian Dhyani Budha, Boddhisatwa dan Manusi Budha. Di wilayah Trowulan sekarang sudah banyak pemahat-pemahat yang membuat arca seperti peninggalan kerajaan Majapahit,sehingga tidak sedikit orang dari luar daerah bahkan luar negeri yang memesan patung-patung seperti patung peninggalan dari kerajaan Majapahit.
Lokasi : Desa Kemloko Kecamatan Trawas 40 km dari Kota Mojokerto.

· Candi Brahu

Candi Brahu tersebut terbuat dari bata dan berasal dari masa empu Sendok Majapahit. Candi ini merupakan candi agama Budha, Candi Brahu tidak mempunyai hiasan hanya bagian atap terdapat sisa bagian dasar stupa. Disekitar candi banyak ditemukan benda-benda yang juga menunjuk ciri-ciri Budhis. Menurut cerita rakyat Candi Brahu merupakan tempat disimpan abu para raja-raja Majapahit yaitu Brawijaya pembakaran raja-raja Majapahit diantaranya Brawijaya I,II,II dan IV. Setelah dibakar abunya kemudian disimpan di dalam goa yang terdapat dalam candi. Lokasi :Terletak di desa Bejijong Trowulan .

· Api Majapahit Bekucuk

Menurut legenda yang beredar pada sebagian masyarakat, konon Api ajaib bekucuk sudah terkenal pada masa kerajaan Majapahit Api yang mengagumkan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk berbagai kepentingan Api Bekucuk pernah menjadi perhatian masyarakat pada tahun 1933 yaitu bermunculan sumber api kecil di pekarangan dan rumah penduduk sehingga Pemerintah Kabupaten Mojokerto mengadakan peninjauan atau penelitian dan sejak itu Api Bekucuk banyak menarik perhatian masyarakat. Lokasi terletak di dusun Bekucuk desa tempuran kecamatan Sooko yang berjarak sekitar 3 Km dari Kota Mojokertoyang dapat ditempuh dengan kondisi jalan yang cukup baik.

· Kesenian Ujung Peninggalan Majapahit

Pada masa R.Wijaya membuka (babat) hutan tarik yang kemudian hari bakal menjadi pusat Kerajaan Majapahit bersama pendukungnya mengalami berbagai kesulitan hambatan dan perlawanan dari para danyang,jin,peri,perayangan untuk menambah kekuatan fisik dan mental spiritual, R. Wijaya memberikan bekal jaya kawijayan/kesaktian menggunakan senjata Sodo Lanang. Atraksi kesenian ujung diadakan pada saat hari baik tatkala bulan purnama ditempat khusus seperti tanah lapang,muka balai desa,muka pendopo Agung dan candi-candi peninggalan Majapahit. Kesenian Ujung perkembangannyasekarang menampilkan bentuk kreatif antara lain dengan menggunakan alat-alat pukul "Sodo Lanang" dalam ukuran gede ditambah dengan penampilan sehingga seperti reog/jahilan,Warog Ponorogo,lawak lokal dan tampilan penaripenari cantik sehingga semakin memukau yang menyaksikan.

Ada pula Prasasti-prasati peninggalan dari Majapahit :

Prasasti adalah bukti sumber tertulis yang sangat penting dari masa lalu yang isinya antara lain mengenai kehidupan masyarakat misalnya tentang administrasi dan birokrasi pemerintahan, kehidupan ekonomi, pelaksanaan hukum dan keadilan, sistem pembagian bekerja, perdagangan, agama, kesenian, maupun adat istiadat (Noerhadi 1977: 22).
Seperti juga isi prasasti pada umumnya, prasasti dari masa Majapahit lebih banyak berisi tentang ketentuan suatu daerah menjadi daerah perdikan atau sima. Meskipun demikian, banak hal yang menarik untuk diungkapkan di sini, antara lain, yaitu:

· Prasasti Kudadu (1294 M)

Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepaa desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.
Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)
Mengenai Raden Wijaya yang telah memperisteri keempat putri Kertanegara yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Paduka Rajapadmi Dyah Dewi Gayatri, serta menyebutkan anaknya dari permaisuri bernama Sri Jayanegara yang dijadikan raja muda di Daha.

· Prasasti Wingun Pitu (1447 M)

Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha, Kahuripan, Pajang, Werngker, Wirabumi, Matahun, Tumapel, Jagaraga, Tanjungpura, Kembang Jenar, Kabalan, Singhapura, Keling, dan Kelinggapura.

· Prasasti Canggu (1358 M)

Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo.

· Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).

Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.

· Prasasti Karang Bogem (1387 M)

Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem.

· Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt)

Mengenai sengketa tanah. Persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adata setempat.

· Prasasti Katiden I (1392 m)

Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.

· Prasasti Alasantan (939 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.

· Prasasti Kamban (941 M)

Meyebutkan bahwa apada tanggal 19 Maret 941 M, Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa meresmikan desa Kamban menjadi daerah perdikan.

· Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M).

Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan membiayai sebuah rumah doa (Kuti).

· Prasasti Wurare (1289 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menahbiskan arca Mahaksobhya di Wurane. Gelar raja itu ialaha Krtanagara setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha).

· Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong.

· Prasasti Canggu (Trowulan I)

Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.

11. Majapahit dan kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

  • Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.

Komik dan strip komik

Roman/novel sejarah

  • Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
  • Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
  • Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
  • Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.

Film/Sinetron

12. Bentuk Rumah pada jaman Majapahit

Tidak diketahui secara pasti bagaimana bentuk rumah tradisonal peninggalan Kerajaan Majapahit yang sesungguhnya. Dari sejumlah artefak yang ditemukan yang berkaitan dengan okupasi kerajaan sulit rasanya untuk memberi contoh baku dari prototipe rumah Majapahit ini. Tapi ada segopok artefak dari tanah liat bakar berupa miniatur rumah dan temuan struktur bangunan yang diduga sebagai tipikal rumah Majapahit.

Ekskavasi di Trowulan tahun 1995 menunjukkan adanya struktur bangunan berupa kaki dari tanah yang diperkuat dengan susunan batu yang berspesi tanah setebal 1 cm, membentuk sebuah batur rumah. Denah batur berbentuk empat persegi panjang, ukurannya 5,20 x 2,15 meter dan tinggi sekitar 60 cm. Di sisi utara terdapat sebuah struktur tangga bata yang terdiri dari 3 anak tangga. Dari keberadaan dan tata letak tangga, dapat disimpulkan bahwa rumah ini menghadap ke utara dengan deviasi sekitar 90 55 ke timur, seperti juga orientasi hampir dari semua arah struktur bangunan yang ada di situs Trowulan.

Pada kedua sisi kaki bangunan terdapat selokan terbuka selebar 8 cm dan dalam 10 cm. Di depan kaki bangunan selokan itu mengikuti bentuk denah bangunan tangga. Selokan tersebut dibangun dari satuan-satuan bata sehingga struktur selokan lebih kuat, dan airnya bisa mengalir lebih cepat Di sekitar kaki bangunan ditemukan lebih dari 200 pecahan genteng dan 70 pecahan bubungan dan kemuncak, serta ukel (hiasan dari terakota yang ditempatkan di bawah jurai atap bangunan).
Halaman bangunan strukturnya amat menarik dan unik. Tanah halaman ditutup dengan struktur yang berkotak-kotak, dan masing-masing kotak dibatasi dengan bata yang dipasang rebah dikeempat sisinya, dan di dalam kotak berbingkai bata tersebut dipasang batu-batu bulat memenuhi seluruh bidang. Tutupan semacam ini berfungsi untuk menghindari halaman menjadi becek bila hujan turun. Belum pernah ditemukan penutup halaman yang semacam ini, kecuali yang agak serupa ditemukan di selatan situs Segaran II.

Dari temuan itu dapat diasumsikan bahwa tubuh bangunan didirikan di atas batur setinggi 60 cm. Kemungkinan bangunan dibuat dari kayu (papan) dan bukan dari bata karena di sekitar areal bangunan tidak ditemukan bata dalam jumlah yang besar sesuai dengan volume bangunannya. Mungkin tubuh bangunan dibuat dari kayu (papan) atau anyaman bambu jenis gedek atau bilik. Tiang-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di situs Trowulan, karena tak ada satu pun umpak yang ditemukan di sekitar bangunan.

Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan diperkirakan mempunyai sudut kemiringan antara 35-600 ditutup dengan susunan genteng berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 24 x 13 x 0,9 cm dengan jumlah sekitar 800-1000 keping genteng yang menutupinya. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel.
Rekonstruksi bangunan rumah yang didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs tersebut dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam; (1). Artefak sejaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dari terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk; (2).Rumah-rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan, dan (3). Rumah-rumah di Bali.
Lepas dari status sosial penghuni rumah ini, ada hal lain yang menarik, yaitu penduduk Majapahit di Trowulan, atau setidak-tidaknya penghuni rumah ini telah menggabungkan antara segi fungsi dan estetika. Halaman rumah ditata sedemikian rupa untuk menghindari genangan air dengan cara diperkeras dengan krakal bulat dalam bingkai bata.
Di sekliling bangunan terdapat selokan terbuka yang bagian dasarnya berlapis bata untuk mengalirkan air dari halaman. Dilengkapi pula dengan sebuah jambangan air dari terakota yang besar, dan kendi berhias, memberi kesan pada sebuah halaman rumah yang tertata apik. Di sebelah timur terdapat beberapa struktur bata yang belum berhasil diidentifikasi. Mungkin rumah yang ukurannya relatif kecil ini hanya merupakan salah satu kompleks bangunan yang berada dalam satu halaman seluas 200-an meter persegi tersebut dikelilingi oleh pagar seperti yang dapat kita saksikan di Bali sekarang ini.

13. Perhiasan

Di masa lalu perhiasan tidak sekadar dipakai sebagai asesoris untuk menghiasai badan agar penampilan kelihatan cantik dan menarik tapi juga difungsikan sebagai pelengkap sebuah upacara. Penggunaannya sebagai sarana upacara dapat kita temukan dalam prasasti Jawa Kuna, antara lain disebutkan bahwa dalam upacara penetapan sima (desa perdikan) ada rangkaian pemberian hadiah (pasek-pasek) kepada para pejabat berupa kain (wdihan), cincin, serta uang mas dan perak. Kitab Sumanasantaka (sekitar abad XII) menyebutkan hadiah yang diberikan itu (misalnya gelang, kalung, cincin) diperuntukan bagi mereka yang menguasai tingkat kepandaian dalam bidang seni musik, tari, dan satra.

Jenis perhiasan dari masa klasik kebanyakan berupa mahkota, jamang, tusuk konde, hiasan telinga, kalung, bandul, selempang dada, gelang lengan (Jawa kelat bahu), gelang, cincin, dan jempang (penutup kelamin anak perempuan). Jenis perhiasan yang ditemukan pada arca batu dan perunggu tidak seluruhnya dari logam, seperti ikat pinggang dan ikat pinggul yang dibuat dari kulit atau kain tebal tetapi dilengkapi gesper emas (Jawa, timamg) yang kadang-kadang dihiasi batu mulia. Selain itu ada hiasan uncal, yaitu semacam sabuk kecil yang tergantung di depan kedua paha, mulai dari ikat pinggul menggantung ke bawah, pada bagian ujungnya dihiasi jumbai dari logam. Pada arca-arca masa Majapahit hiasan uncal panjangnya sampai betis, hampir hingga ke mata kaki, sedangkan pada arca dari masa Jawa Tengah dan Jawa Timur awal, panjangnya hanya sampai ke lutut atau sedikit di bawah lutut.

Di Trowulan banyak ditemukan perhiasan emas tetapi hanya sedikit yang sampai ke tangan pemerintah. Sejak tahun 1950 hingga 1960-an banyak penggali liar mencari emas (ngendang) di situs ini yang kemudian diam-diam mereka jual. Sekarang kegiatan ngendang tidak ada lagi, tetapi berganti dengan kegiatan desktruktif juga, yaitu menggali tanah untuk dijadikan bahan pembuatan bata. Pada tahun 1991 pengrajin bata di Desa Nglinguk menemukan 9 buah perhiasan emas (2 gelang, 2 rantai kalung –satu diantaranya dengan liontin—dan masing-masing 1 buah cepuk dan penutupnya, wadah dan fragmen rantai. Temuan ini termasuk yang bermutu tinggi. Sebelum itu (1976) pernah ditemukan kowi (wadah pelebur logam) berukuran kecil (diameter 5 cm). Temuan ini mengingatkan kita akan kegiatan pengrajin emas di masa lalu, tempat mana kini dibadikan sebagai nama sebuah desa, Desa Kemasan , di sebelah barat Segaran.
Dalam NBG yang terbit di tahun 1881 disebutkan bahwa di Dusun Bedok, Sooko ditemukan 10 buah benda emas di dalam cepuk perunggu yang terdiri dari anting-anting, gelang lengan, fragmen liontin, dan hiasan hulu pedang. Temuan tersebut kini menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta.
Di antara perhiasan tersebut terdapat satu tipe hiasan “kepala raksasa” dengan mulut terbuka yang di dalamnya terdapat sebuah batu berwarna hijau. Sebuah benda emas, berbentuk bulat dengan relief kerawang pada kedua permukaannya, dalam beberapa sumber disebut sebagai hiasan telinga. Tetapi pendapat ini masih diragukan karena salah satu permukaan benda tersebut dapat dilepas, jadi dapat berfungsi sebagai penutup. Mungkin benda itu merupakan wadah tertutup untuk menempatkan wewangian. Relief pada salah satu permukaan menggambarkan pola sulur dan sangkha bersayap di bagian tengahnya. Permukaan yang lain berpola kelopak bunga padma. Sangkha bersayap tampaknya merupakan motif hias yang populer sejak masa Jawa Tengah dan tidak selalu terkait dengan dewa Wisnu, meskipun Sangkha adalah satu atribut dewa Wisnu. Ada pula benda yang reliefnya tidak jelas, mungkin digantungkan sebagai penghias yang biasa dipasang didada atau pada rambut. Museum Nasional Jakarta menyimpan dua hiasan berelief ini yang sangat menarik yaitu koleksi No. 6816 dan 6914. Koleksi No. 6816 mempunyai relief yang menggambarkan dewa Surya menaiki kuda, dikelilingi lingkaran yang mengeluarkan sinar dalam bentuk segitiga yang runcing ujungnya. Motif lingkaran bersinar ini biasanya disebut “sinar Majapahit”, dan umum dijumpai pada arca maupun relief candi abad XIV-XV. Koleksi No. 6914 juga merupakan hiasan serupa, mempunyai relief yang menggambarkan salah satu adegan dalam cerita Ramayana. Gambar itu melukiskan dua ekor kera berjalan di air dengan junjungan batu karang di atas kepalanya.
Dari Mojoagung di sebelah barat Trowulan, didapatkan dua buah kalung berbentuk kawat atau tali polos. Salah satu kalung berbentuk bulat penuh dan yang lainnya pipih. Kalung ini dikenakan ketat di leher. Meskipun polos, tanpa hiasan apapun, bentuk kalung dari abad XIV ini dapat diasumsikan sebagai hasil seni post modern.
Kalung yang lain, juga tidak berbentuk rantai, melainkan berupa pilinan kawat yang karena itu disebut sebagai kalung untiran (Jawa: untir = pilin). Kalung ini juga dikenakan ketat di leher dan di bagian tengah terdapat pasak yang dapat dibuka.
Teknik Pembuatan:
Teknik yang secara umum digunakan untuk pembuatan benda-benda emas adalah cor (penuangan logam cair) dan penempaan (menempa lembaran tipis dengan palu/kayu). Sesudah itu baru dilakukan penyempurnaan dengan poles dan sebagainya. Salah satu variasi dari penempatan adalah repousse, yaitu menempelkan lembaran emas pada batu atau logam lain yang sudah bermotif, kemudian dipukul-pukul sehingga terbentuk relief yang cembung pada lembaran tersebut. Beberapa di antara benda emas merupakan benda yang berongga, dibuat dari lembaran emas tipis.Untuk memperkuat lembaran emas tadi di bagian dalam diperkuat dengan perunggu (pada bagian yang tak kelihatan) dan lubang. Antara emas dan perunggu diisi dengan tanah liat halus yang tidak dibakar.

14. Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah majapahit

  • H. MACLAINE PONT

H. Maclaine Pont adalah seorang insinyur Belanda yang telah memberikan kontribusi penting bagi perkembangan peradaban masa lalu bangsa Indonesia. Ia telah berupaya merekonstruksi kejayaan Majapahit melalui kajian kitab Nagarakertagama dan penelitian tinggalan arkeologis di Trowulan. Dengan kitab Nagarakertagama di tangan kiri dan cangkul di tangan kanan, ia menggali situs Trowulan. Setelah memadukannya dengan bangunan-bangunan monumental yang masih berdiri, Maclaine Pont berhasil membuat sketsa kota Majapahit di situs Trowulan. Bentang kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi.

Secara makro, bentuk kota Majapahit menyerupai bentuk mandala candi, berdenah segi empat dengan bangunan penampil yang menjorok di keempat sisinya. Pada keempat sisinya terdapat gapura masuk. Letak keraton terdapat pada bagian bidang segi empat yang pada keempat sudutnya terdapat bangunan suci agama Hindu dan Buddha. Letak keraton tapat pada pertemuan garis diagonal, seperti titik sakral dalam mandala bangunan suci. Di dalam bentuk denah keseluruhan tersebut terdapat bangunan-banguan kuna yang lokasi dan nama bangunan ditafsirkan dari isi kitab Nagarakertagama.

Walaupun rekonstruksi kota Majapahit yang dilakukan Maclaine Pont bersifat hipotesis dan sebagian besar tempat-tempat kuna itu sudah tidak dapat dilacak lagi sekarang di lapangan, namun karya besar insinyur Belanda ini menjadi sumber inspirasi pada peneliti selanjutnya untuk mengungkap kebesaran kota Majapahit.

  • SRI SOEJATMI SATARI

Sri Soejatmi Satari merupakan seorang arkeolog di Indonesia yang telah berperan dalam perkembangan disiplin ilmu arkeologi, terutama arkeologi klasik. Ia lahir di Tasikmalaya pada tanggal 6 Agustus 1935. Lulus sebagai sarjana arkeologi pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1963. Selain sebagai peneliti, ia pernah juga secara struktural menjabat sebagai Kepala Bidang Arkeologi Klasik pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional serta Direktur Permuseuman, Jakarta. Hasil penelitiannya banyak yang mengkaji berbagai kepurbakalaan Majapahit di situs Trowulan. Artikel yang telah ditulis diantaranya Perkiraan Pertanggalan Gapura Bajang Ratu, yang dimuat dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi II (1980) dan Kendi di Indonesia, yang dimuat dalam Monumen (1990).

  • MUNDARDJITO

Mundardjito atau biasa dipanggil “ Pak Oti “ adalah seorang Guru Besar di bidang ilmu budaya, khususnya disiplin ilmu arkeologi, yang telah ikut membesarkan ilmu arkeologi dan arkeolog di Indonesia. Ia lahir di Bogor pada tanggal 8 Oktober 1936. Setelah lulus dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1963 kemudian mengabdi sebagai tenaga pendidik di almamaternya. Sejak tahun 1964 sampai dengan sekarang, ia setia mengabdi di Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia sebagai seorang pendidik, tidak hanya di ruang kelas tetapi juga pada saat penelitian di lapangan. Pada 1969 s.d. 1971, ia telah melanjutkan pendidikan di University of Anthens Yunani . Kemudian ia memperdalam ilmunya di University of Pennsylvania pada tahun 1978 s.d. 1979. Tidak hanya aktif di bidang pendidikan dan penelitian, tetapi juga dalam bidang organisasi diantaranya sebagai pendiri Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan Mahasiswa Pencinta Alam UI (Mapala – UI).

Sebagai seorang pendidik dan peneliti, ia telah ikut mengembangkan paradigma ilmu arkeologi di Indonesia yang sebelumnya lebih terfokus pada artefact oriented menjadi site oriented dan mendorong kajian-kajian Cultural Resources Management (CRM). Situs Majapahit di Trowulan merupakan wilayah yang sangat akrab dengannya, karena dalam rentang yang sangat panjang telah melakukan berbagai penelitian dan kajian. Berkali-kali ia telah melakukan survey dan ekskavasi bersama para mahasiswa, menjadi tenaga ahli dalam pemugaran dan pemintakatan kepurbakalaan di Trowulan, sampai dengan menjadi tenaga pakar dalam penyusunan Masterplan Situs Trowulan. Kajian dan pemikirannya sampai saat ini menjadi referensi bagi pengembangan kepurbakalaan Majapahit di situs Trowulan.

15. Runtuhnya Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya di abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat nusantara.

Catatan sejarah dari China, Portugis, dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.

BAB 3. Penutup

Dari informasi yang telah ada di halaman-halaman sebelumnya, sekarang kita jadi dapat mengetahui tentang peninggalan-peninggalan dari kerajaan majapahit, masyarakat yang tinggal di majapahit serta bukti-bukti dari kerajaan majapahit itu sendiri.

Daftar Pustaka

>> http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

>>http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.eljohn.net/direktori/kabupaten/pariwisata/kawasan/wisata/d000000000000330/9.jpg&imgrefurl=http://www.wisatanet.com/templete/index.php%3Fwil%3D4%26id%3D000000000000330%26tk%3D1&h=224&w=299&sz=18&hl=id&start=14&tbnid=YDQ-xx6ss1zyAM:&tbnh=87&tbnw=116&prev=/images%3Fq%3Dmajapahit%26gbv%3D2%26svnum%3D10%26hl%3Did%26sa%3DG

>>http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.gimonca.com/sejarah/gajahmada.jpg&imgrefurl=http://rovicky.wordpress.com/category/sejarah/&h=176&w=145&sz=12&hl=id&start=21&tbnid=tqxeqf5vpiCxSM:&tbnh=100&tbnw=82&prev=/images%3Fq%3Dmajapahit%26start%3D20%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26svnum%3D10%26hl%3Did%26sa%3DN

>>http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.metmuseum.org/toah/images/h2/h2_1992.151.jpg&imgrefurl=http://www.metmuseum.org/toah/ho/08/sse/ho_1992.151.htm&h=426&w=300&sz=52&hl=id&start=25&tbnid=n0ZQ2_65ygn6LM:&tbnh=126&tbnw=89&prev=/images%3Fq%3Dmajapahit%26start%3D20%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26svnum%3D10%26hl%3Did%26sa%3DN

>>http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.shalimarbali.com/images/jewelry/ring_majapahit.jpg&imgrefurl=http://www.shalimarbali.com/product/jewelry.htm&h=200&w=283&sz=11&hl=id&start=27&tbnid=syeBEfAQVLuXnM:&tbnh=81&tbnw=114&prev=/images%3Fq%3Dmajapahit%26start%3D20%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26svnum%3D10%26hl%3Did%26sa%3DN

>>http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://anakndobos.files.wordpress.com/2007/07/perempu.jpg&imgrefurl=http://anakndobos.wordpress.com/2007/07/&h=330&w=249&sz=44&hl=id&start=38&tbnid=_vzHgH5Z3VWbcM:&tbnh=119&tbnw=90&prev=/images%3Fq%3Dmajapahit%26start%3D20%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26svnum%3D10%26hl%3Did%26sa%3DN

>>http://www.majapahit-kingdom.com/cms/

>> http://putramaja.tripod.com/Mojokerto/mokerA.htm

1 comment:

  1. Hi I really appreciate one gold all the great content you have here. I am glad I cam across it!

    ReplyDelete