Blogger Layouts

Friday, May 6, 2011

Analisis Cerpen “Ngiang Kata Ibu”

MicrosoftInternetExplorer4
  1. Unsur Interensik

1. Tema

Tema cerpen “Ngiang Kata Ibu” adalah menuai apa yang telah ditanam.

Ulasan Tema

Tema cerpen ini cukup menarik. Hal ini dikarenakan, masih banyaknya orang yang berprilaku jahat di dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, tema seperti ini sangat cocok diangkat kedalam cerpen. Agar para pembaca menyadari akan perilaku mereka dan merubahnya sedini mungkin.

2. Alur

Cerita ini diawali dengan terdengarnya suara pintu yang digedor oleh seseorang dari luar. Ternyata orang tersebut datang untuk meminta sedekah. Seketika, Aku (Pak Copan) menjadi teringat akan pesan ibunya yang sudah meninggal untuk memberikan sedekah selagi ada rezeki. Namun ternyata, para tetangga yang melihat perilaku Pak Copan sehari-hari menjadi bingung. Mereka akhirnya membanding-bandingkan perilaku Pak Copan dengan perilaku tetangga yang lain yang terlihat lebih mampu untuk bersedekah dibandingkan dirinya. Pak Copan yang mendengar itu semua pertamanya hanya menyambutnya dengan senyum. Namun lama-kelamaan ia merasa gundah. Ia akhirnya kembali terkenang akan bayangan ibunya. Ternyata, ia juga pernah meragukan akan perkataan yang pernah dipaparkan oleh ibunya. Keesokan harinya, ternyata Pak Piliek yang selalu tidak ingin bersedekah sakit. Namun ia tidak ingin dibawa ke rumah sakit. Ia malah merindukan para pengemis yang suka meminta sedekah ke rumahnya. Keanehan pun terjadi, sejak Pak Piliek sakit, rumah Pak Copan tidak pernah kedatangan pengemis lagi. Akhirnya Pak Piliek meninggal dengan mata berbinar. Cerita ini diakhiri dengan kedatangan kembali para pengemis ke rumah Pak Copan sehari setelah Pak Piliek dimakamkan, dan ternyata pengemis tersebut berwujud seperti ibunya. Malam harinya pun Pak Copan bermimpi tentang ibunya.

Ulasan Alur

Alur cerpen “Ngiang Kata Ibu” adalah alur Maju. Hal ini dapat dilihat dari awal sampai akhir cerita yang menggunakan alur maju. Alur maju ini sudah cukup mewakili apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Karena apabila cerita diawali dari akhir cerita, misalnya dari meninggalnya Pak Piliek atau disaat Pak Copan mendapati pengemis yang mirip oleh sosok ibunya, mungkin cerita menjadi membingungkan dan tidak menarik untuk dibaca.

3. Penokohan

Ada beberapa tokoh yang mendukung cerpen “Ngiang Kata Ibu”. Tokoh-tokoh tersebut adalah :

o Aku (Pak Copan) : Merupakan tokoh utama dalam cerpen ini. Tokoh ini memiliki sikap sabar dan sikap yang terpuji. Hal tersebut dapat terlihat dari keikhlasannya untuk bersedekah kepada para pengemis. Tokoh ini juga mendengarkan apa yang dipesankan oleh ibunya kepadanya.

o Bu Mur : Merupakan tokoh tambahan dalam cerpen ini. Tokoh ini memiliki sikap yang baik dan sopan. Hal ini dibuktikan dari perkataannya yang dimulai dengan kata maaf. Hal tersebut menandakan bahwa tokoh ini tidak ingin menyinggung lawan bicaranya.

o Mbak Sri : Merupakan salah satu dari tokoh tambahan juga. Rumahnya terletak di sebelah rumah Bu Mur. Tokoh ini memiliki jiwa kesopanan. Hal ini diperlihatkan disaat ia berkata, “Ada pula yang kurang ajar.” Tokoh ini merasa para pengemis tidak tahu berterima kasih setelah diberikan sedekah selama Ibunya Pak Copan hidup.

o Pak Kuncut : Merupakan tokoh pembantu. Tokoh ini tinggal disebelah Pak Copan. Tokoh ini memiliki prediksi yang tepat. Hal ini dibuktikan ketika ia berkata bahwa Pak Copan disuruh oleh Ibunya untuk melakukan kebiasaan bersedekah yang sama terhadap pengemis yang datang ke rumahnya.

o Pak Piliek : Merupakan tokoh yang tergolong kikir. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernahnya ia memberikan uang sepeser pun kepada para pengemis. Tokoh ini mengutamakan ketenangan dalam hidupnya dibandingkan kehidupan orang yang tidak mampu. Namun di akhir cerita, ia menjadi sadar akan perilakunya. Lalu ia bertobat dan meninggal dengan mata yang berbinar-binar dan perasaan yang bahagia.

o Bu Nini : Merupakan tokoh yang berperan sebagai istri dari Pak Piliek. Ia memiliki sikap khawatiran, peduli dan rela berkorban. Hal ini dibuktikan dari kunjungannya ke rumah Pak Copan. Ia merelakan segala cara agar suaminya sembuh.

4. Latar / Setting

o Latar Tempat

Peristiwa dalam cerpen “Ngiang Kata Ibu” hanya berlatar disatu tempat. Yaitu suatu lingkungan rumah. Tepatnya di rumah Pak Copan. Sebenarnya, rumah ini milik Ibunya. Karena ibunya sudah meninggal, akhirnya rumah ini ditempati oleh Pak Copan dan istrinya. Dirumah ini, banyak pengemis yang datang untuk meminta sedekah. Dirumah ini pula Bu Nini yang tidak lain yaitu istri dari Pak Piliek, meminta bantuan kepada Pak Copan. Hari-hari Pak Copan pada cerpen ini, dilewati di rumah ini. Keluh kesah yang dialami juga ditumpahkan di dalam rumah ini.

o Latar waktu

Peristiwa dalam cerpen “Ngiang Kata Ibu” terjadi di kalangan masyarakat saat ini. Hal ini terbukti dari salah satu perkataan tokoh di cerpen ini yang menyebutkan bahwa masyarakat saat itu sedang dilanda kenaikan BBM.

Ulasan Latar / Setting

Latar cerpen “Ngiang Kata Ibu”, baik latar tempat dan latar waktu, sangat cocok dan mendukung tema. Latar tempat pada cerpen ini menggambarkan suatu keadaan normal yang terjadi di masyarakat kita sehari-hari. Sedangkan latar waktunya juga pas. Hal ini dikarenakan, sekarang-sekarang ini sudah banyak masyarakat yang tidak ingin bersedekah lagi. Hal itu dikarenakan semakin susahnya seseorang untuk bertahan hidup. Sedangkan apabila sebelum reformasi, masih banyak orang yang baik dan mau bersedekah dengan sesama. Sehingga apabila latar diambil pada saat sebelum reformasi, tindakan bersedekah dalam cerpen ini bisa menjadi hal yang biasa saja dilakukan pada saat itu. Namun, karena zaman sudah berbeda dan kehidupan saat ini sudah semakin sulit, maka tema bersedekah akan menjadi menarik.

5. Pesan

Pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui karyanya adalah :

o Ketulusan dalam bersedekah itu sangat baik bagi kehidupan.

o Selagi ada rezeki dan usia untuk bersedekah, bersedekahlah.

o Jauhilah pertengkaran karena berebut uang.

o Jangan memakan uang atau hak orang lain.

o Jangan biarkan fakir miskin, para duafa tak membawa apa-apa, dari tangan mereka yang bertadah.

Ulasan Pesan

Pesan di atas cukup baik dan cocok untuk masyarakat kita sekarang ini. Mengingat banyak sekali orang yang sudah tidak mempunyai kesadaran untuk bersedekah kepada orang yang tidak mampu.

  1. Unsur Ekstrinsik

1. Penyajian

Cerpen ini termasuk cerpen yang cukup menarik. Karena semakin dibaca, para pembaca jadi ingin mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Cerpen ini juga mengandung nilai pesan yang cukup banyak. Gambar dalam cerpen ini juga mendukung konteks cerita, dimana terdapat banyak pengemis yang dilambangkan dengan gelas-gelas yang berisi bibit tanaman yang belum tumbuh. Sedangkan Pak Copan yang suka memberi sedekah dilambangkan dengan alat penyiram tanaman yang menjadikan gelas yang tadinya kosong (para pengemis yang tidak punya uang) bisa berkembang dan tumbuh menjadi sebuah pohon yang buahnya dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Buah disini juga melambangkan keberhasilan seorang pengemis yang menjadi berkembang setelah ia mendapat modal dari mengemisnya untuk melakukan suatu usaha.

2. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat baku dengan susunan yang baik.

3. Hubungan dengan kehidupan masyarakat

Hubungan cerpen ini dengan kehidupan masyarakat adalah menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat saat ini sudah banyak yang tidak peduli dengan sesamanya. Namun hal tersebut dikarenakan sudah semakin susahnya untuk hidup di zaman sekarang ini.

No comments:

Post a Comment