Blogger Layouts

Monday, February 14, 2011

Menjadi Manusia : Belajar dari Aristoteles

Pengarang : Franz Magnis – Suseno
Penerbit : Kanisius
Kota penerbit : Yogyakarta
Jumlah halaman : 68 halaman

Manusia melakukan suatu perbuatan karena didasarkan oleh suatu tujuan. Di dalam buku ini, akan diterangkan lebih lanjut mengenai tujuan manusia sebenarnya menurut Aristoteles. Kita perlu mengetahui apa tujuan manusia yang sebenarnya agar kita dapat mengarahkan hidup kita untuk mencapai tujuan yang baik. Dalam mengetahui tujuan manusia, Aristoteles bertolak dari sebuah fakta bahwa apa pun yang dilakukan manusia selalu dilakukan demi sebuah tujuan. Aristoteles beranggapan bahwa kita melakukan sesuatu bukan demi sebuah tujuan melainkan karena suatu maksud. Apabila maksud tersebut sudah dapat kita jalankan, kita akan mendapatkan suatu tujuan hidup.

Tujuan hidup sendiri dibagi menjadi dua yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara bermanfaat untuk menjembatani ke tujuan akhir. Tujuan akhir menurut Aristoteles yaitu kebahagiaan. Jawaban Aristoteles tersebut sangat masuk akal karena jelaslah bahwa kebahagiaan merupakan tujuan terakhir manusia.

Dalam mencapai tujuan, kita hendaknya hidup secara bermoral. Apabila kita langsung mengusahakan kebahagiaan, kebahagiaan tersebut suka mengelak. Dalam mencapai kebahagiaan, kita diajarkan untuk mengejar nikmat sebanyak-banyaknya. Kunci pengertian Aristoteles tentang nikmat adalah bahwa nikmat bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang “mengikuti” dalam arti bahwa nikmat selalu berkaitan dengan suatu perbuatan. Jadi menurut Aristoteles, kegiatan apa pun dapat membawa nikmat selama kegiatan itu berhasil diselesaikan. Kita tidak diperbolehkan untuk berfokus pada kenikmatan karena kebahagiaan tidak dapat dicapai dengan mengejar perasaan nikmat dan menghindar dari perasaan sakit.
Aristoteles berkata bahwa ada tiga cara hidup yang bisa menjadi tujuan dari masing-masing individu. Ketiga cara itu ialah hidup yang mengejar nikmat, filsafat dan politik. Aristoteles menolak apabila nikmat dijadikan manusia sebagai tujuan hidup. Filsafat adalah kegiatan orang ber-theoria. Dengan ber-theoria, manusia memperoleh sophia, kebijaksanaan. Jadi, filsafat adalah kegiatan memandang penuh kagum hal yang abadi-ilahi. Sedangkan politik merupakan puncak kesosialan manusia. Sosial bagi Aristoteles berarti lebih daripada sekedar ada kerja sama. Makna sebenarnya yang dimaksud oleh Aristoteles mengenai berpolitik adalah keterlibatan penuh manusia dalam urusan masyarakatnya.

Dalam kehidupan kita, kita harus membangun kekuatan intelektual dan etis yang membuat kita mampu untuk memberi arah yang semestinya pada hidup kita. Dalam bahasa Aristoteles, ia menyebut hal ini sebagai keutamaan hidup. Aristoteles sendiri menganggap bahwa keutamaan merupakan suatu kemantapan. Contohnya, keutamaan dalam berfikir berarti keutamaan intelektual.

Ada tiga keutamaan kunci yaitu phronesis, sophia, dan episteme. Sophia adalah kebijaksanaan dalam arti kemampuan manusia untuk memandang yang ilahi, yang abadi. Sedangkan phronesis adalah kebijaksanaan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sophia berarti perhatian pada ide-ide. Episteme adalah ketajaman pengetahuan ilmiah. Phronesis baru bisa menjadi efektif apabila ditunjang oleh keutamaan etis.

Orang yang memiliki keutamaan adalah orang yang semakin kuat, mantap, dan bahagia. Aristoteles menegaskan bahwa keutamaan bukan suatu nafsu ataupun bakat alami, melainkan sesuatu yang perlu kita pelajari. Tiga sikap yang harus dihindari dalam kehidupan kita ialah kejahatan, ketidakmampuan dan kekasaran. Kita juga harus mengetahui diri kita sendiri agar kita sadar apa kekuatan dan kelemahan kita.

Menurut Aristoteles, manusia mencapai puncak keutamaan dalam persahabatan sejati. Ada tiga macam persahabatan, persahabatan atas dasar saling menguntungkan, atas dasar saling menikmati dan atas dasar saling menyenangi atau mencintai. Hal terpenting dari hubungan antara para sahabat adalah cinta. Cinta hanyalah sejati apabila tujuannya tidak demi perkembangan sendiri, melainkan tulus demi sahabat. Kemampuan untuk mencintai bagi Aristoteles merupakan tanda bahwa orang memiliki keutamaan tinggi. Cinta kepada sahabat berjalan seiring dan bersama dengan cinta pada dirinya sendiri.

Dua pengertian tentang hidup menurut aristoteles adalah bahwa hidup secara moral membuat manusia bahagia dan bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dengan malas-malsan melainkan secara aktif mengembangkan diri dalam dimensi yang hakiki bagi manusia. Ada dua dimensi yang mendukung kita untuk memperlihatkan kea rah mana harus berusaha. Dimensi tersebut adalah dimensi doa dan masyarakat. Dalam dimensi doa, manusia boleh berkomunikasi dengan Allah. Dalam dimensi masyarakat, manusia akan berkembang apabila ia tidak hanya fokus pada satu perhatian.

Buku ini menggunakan bahasa yang ringan sehingga memudahkan pembaca untuk membacanya. Bacaan di dalam buku ini juga tergolong bacaan berbobot karena kita diajarkan untuk menjadi manusia secara utuh dilihat dari kebutuhan-kebutuhan kita dan kendala-kendala yang biasa kita hadapi di kehidupan sehari-hari. Kelebihan buku ini, buku ini dikemas secara menarik dan dibagi ke beberapa bab untuk memudahkan pembaca memahami lebih dalam setiap bagian yang ada di dalamnya. Kelemahan buku ini, banyak kata-kata yang sering diulang. Sebenarnya menurut saya sebagai pembaca, hal seperti itu tidak harus dilakukan karena sebelumnya sudah pernah disebutkan dan dijelaskan.

No comments:

Post a Comment